Teknis Menulis Artikel

Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya.

Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan atau media massa).

Namun, pada kesempatan ini yang dibahas adalah artikel ilmiah populer teologis, bukan artikel ilmiah sekuler. Sedangkan artikel nonilmiah teologis akan dibahas pada lain waktu.

A. Lahan Kerja Artikel Ilmiah Populer Teologis
Artikel ilmiah populer teologis memang belum begitu populer dibandingkan dengan di negara-negara Barat, tetapi di Indonesia sudah merebak sejak tahun 1949 dengan terbitnya majalah Katholik Praha (1949-1986), menyusul majalah Katholik Basis (1951-kini), baru majalah Kristen Protestan Ragi Buana (1963-1972), Sitaresmi, majalah Katholik Hidup (1971-kini), majalah anak-anak AMI (1987-kini), Bahana (1989-kini). Tampil, Narwastu, Kita (1993-kini), Tiang Api (1995-kini), Lentera (1997-kini), Eva (1997-kini), Karismata (1997- kini), ada juga majalah Harmoni (1998).

Di atas adalah majalah yang diterbitkan oleh yayasan, bukan gereja. Lalu, majalah yang diterbitkan di bawah gereja (sinode) adalah: Suara Baptis (1967-kini), Gema Anugerah (1980-kini), Kairos (1992- 1997), Gema Pemulihan (1995-kini), REM (1997-kini), Sahabat Gembala, Kalam Hidup, dan masih banyak lagi. Sedangkan jurnal yang terbit adalah: Pelita Zaman (1974-kini), Forum Biblika (1992-kini), Gema (Duta wacana), Pengarah (Tiranus), Stulas (STTB), Veritas (SAAT), juga Geneva (STT IAA).

Bukan hanya berada di majalah, tetapi kini juga merebak buku renungan yang cukup berbobot seperti: Penuntun Harian (1995-kini), Santapan Harian, Segarlah Jiwamu, Rajawali, dan banyak lagi. Bukan hanya yang tercatat di atas, tetapi masih banyak lagi yang luput dari pengamatan di atas. Karena belum termasuk buletin-buletin di gereja-gereja, bahkan warta jemaat. Semuanya itu membutuhkan artikel-artikel ilmiah populer teologis.

Juga, bila seseorang hendak merencanakan membuat sebuah buku, bisa saja berasal dari kumpulan artikel yang sudah ia tulis, bahkan dari kumpulan artikel yang sudah ia publikasikan. Sekarang banyak sekali buku yang terdiri dari kumpulan artikel yang sudah dipublikasikan. Jadi memang benar, bahkan artikel sangat banyak lahannya. Kalau begitu mengapa kita mesti ragu dan takut kalau-kalau artikel yang kita buat, tidak bisa dipublikasikan? Atau, artikel yang kita buat tidak bermanfaat sama sekali? Jangan ragu!

B. Perangkat yang Dibutuhkan
Arswendo mengatakan bahwa menulis itu gampang. Juga, banyak orang mengatakan bahwa menulis itu gampang. Siapakah yang mengatakan demikian? Kalau saja hanya sekadar menulis, memang gampang sekali: tinggal punya ide, lalu comot footnote dari buku ini itu atau dari artikel ini itu, lalu diberi kesimpulan, dan jadilah sebuah artikel. Kata Arswendo, "Itu kan hanya untuk memberi motivasi kepada manusia agar mau menjadi penulis. Tetapi, kenyataannya bukan begitu! Menulis yang standar dan berbobot itu cukup susah. Standar dan berbobot, artinya bisa dipublikasikan di media massa; baik media massa Kristen maupun bukan Kristen."

Untuk artikel yang standar dan berbobot, banyak perangkat yang kita butuhkan sebagai berikut:
1. Perangkat Dasar
  • Penguasaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
  • Penguasaan editing.
  • Penguasaan komputer meski hanya program WS atau Word.
  • Penguasaan dasar biblika yang harus ditopang dengan sedikit bisa menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan sedikit memparsing bahasa Ibrani dan Yunani. Lalu diperdalam dengan eksegeses PL atau eksegeses PB tergantung kebutuhan.
    2. Perangkat Peningkat
  • Mampu mengembangkan ide-ide yang sedang menjadi persoalan aktual di tengah masyarakat.
  • Mampu menerjemahkan nilai-nilai firman Allah ke dalam bahasa yang sangat populer dan halus.
  • Mampu menganalisis sebuah artikel yang bisa dimuat di media massa satu dengan yang lain. Di sini perlu terjadi dialog antara redaktur artikel di media massa tersebut dan seorang penulis.
  • Banyak membaca dan mencari referensi untuk artikel yang sedang ditulisnya. Tentu saja bahan yang dicari dan dibaca berkaitan dengan temanya.
  • Mengadakan penelitian baik penelitian singkat maupun secara detail terhadap masalah yang sedang ditulisnya, sehingga bobot akademisnya tampak jelas.
    C. Berlatih Terus-menerus

    "Tak ada sesuatu yang berarti datang dengan mudah. Separo usaha tidak berarti memberikan separo hasil, atau bahkan tidak memberikan hasil sama sekali. Bekerja, bekerja terus, dan bekerja keras merupakan satu-satunya untuk memperoleh hasil pada akhirnya."
     
  • -Hamilton Holt

    "Jika sesuatu dilakukan dengan upaya kerja keras dan bukannya dengan bakat, maka itu merupakan kemungkinan pengganti yang paling baik."
    -James A. Garfield

    Dua Pepatah di atas sebenarnya sudah bisa menjawab ulasan bagian ini, jika kita mau berhasil, maka kita harus bekerja keras. Gagal sekali, terus ulangi lagi. Gagal dua kali, ulangi lagi. Gagal tiga kali, ulangi lagi. Kita harus terus-menerus mengulanginya, pasti suatu saat kita akan berhasil. Karena Allah memang memberi kemampuan kepada kita untuk berhasil.
    Menulis, berarti kita memasuki dunia ketrampilan. Semakin sering seseorang menulis, maka ia semakin trampil. Semakin trampil seseorang menulis, maka ia semakin menghasilkan tulisan yang berbobot. Karena ia harus trampil bertata bahasa dan EYD yang baik, juga trampil menuangkan gagasan yang ada, trampil membaca kondisi masyarakat, trampil mencari footnote, dan trampil untuk menperdalam masalah. Begitu juga kalau seseorang harus belajar bahasa Inggris, Ibrani, dan Yunani, semakin giat menghafalkan kata-kata baru dan melatih menerjemahkan, maka ia semakin trampil menghasilkan terjemahan yang tepat.

    Untuk semua ini, maka Holt dan Garfield menyarankan agar kita bekerja keras. Coba lagi, coba lagi, coba lagi, dan coba terus!

    D. Orentasi pada Publikasi
    Kalau seseorang hendak membuat artikel, alangkah baiknya diorentasikan untuk dipublikasikan di sebuah media massa. Dengan demikian, ia akan melatih berpikir secara nasional demi kepentingan orang banyak. Di samping itu, ia tidak asal menulis artikel, tetapi otomatis berpikir: Berapa panjang halaman artikel? Tema-tema mana yang harus ditulis dan ditajamkan? Ulasan yang bagaimana yang dibutuhkan oleh media massa yang bersangkutan? Apakah footnote yang akan ditulis seperti menulis footnote paper atau model, footnote yang ada dalam artikel? Apakah harus memperlihatkan kutipan ayat, atau sama sekali menghilangkan, bahkan diuraikan secara tersamar? Kapan artikel yang hendak ditulis ini harus selesai: apakah harus mengejar aktualitas, atau tidak sama sekali?

    Jadi, dengan berorentasi pada publikasi, maka kita secara otomatis harus memenuhi apa yang dibutuhkan atau kriteria bagaimana yang harus dimuat di media massa yang bersangkutan.
    Hal ini bisa kita latih melalui sebuah proses pengenalan kita pada artikel-artikel yang ada di media massa. Pengenalan ini tidak saja kita mengadakan survei apa yang dibutuhkan media massa satu dengan yang lain, tetapi alangkah baiknya bila kita juga mengenal redakturnya. Dengan demikian, kita bisa selalu me-recheck apakah artikel yang sudah kita tulis bisa dimuat di media tersebut, atau tidak. Dengan demikian, kita jadi tidak ragu-ragu lagi untuk menulis artikel berikutnya untuk media yang sama. Kalau toh artikel kita ditolak, kita juga tahu apa sebabnya sehingga kita tidak ragu-ragu lagi untuk membetulkan artikel yang ditolak tersebut untuk dikirimkan kembali ke media yang menolak tadi.

    E. Menguji Artikel dalam Lomba-lomba
    Salah satu hal untuk mengenal karakter artikel yang dimuat di media massa atau dianggap berkualitas, seseorang jangan ketinggalan untuk tidak memperhatikan artikel-artikel juara lomba. Banyak perlombaan penulisan artikel yang diadakan oleh berbagai departemen, yayasan, atau lembaga lainnya. Hal ini membuat kesempatan bagi kita untuk mencoba menguji artikel yang kita tulis dengan mengikuti lomba menulis artikel tersebut.

    Untuk mengetahui kapan, di mana, dan bagaimana ada lomba-lomba penulisan artikel, kita perlu rajin-rajin membaca surat kabar atau majalah, bahkan perlu juga kita sering melihat-lihat papan-papan pengumuman di tempat-tempat tertentu seperti kantor pos, departemen- departemen, pusat-pusat kebudayaan baik lokal maupun asing. Di situlah kita sering menjumpai diadakan lomba-lomba kepenulisan. Bahkan, tidak jarang universitas-universitas atau sekolah tinggi mengadakan lomba penulisan artikel.

    Seorang penulis artikel yang kreatif biasanya rajin mengikuti lomba- lomba kepenulisan artikel. Meski temanya berbeda-beda, bahkan ada tema yang tidak ia kuasai, tetapi karena ia sudah terlatih menulis artikel, maka hal itu tidaklah sukar. Cukup ia mencari bahan-bahan yang hendak ditulis dan dipelajari dalam beberapa hari, lalu ia menulisnya. Jangan takut kalau kita kalah dalam lomba kepenulisan artikel. Juga jangan putus asa. Biasanya setiap tahun lomba semacam itu diadakan kembali oleh panitia yang sama. Untuk itu, kesempatan kita ikut kembali. Dan, juga jangan sombong kalau menang, karena biasanya, peminat lomba kepenulisan artikel tidak banyak. Biasanya tidak lebih dari 50 artikel yang masuk, bahkan umumnya hanya 10 artikel yang masuk. Hal ini tergantung pada tema yang dilombakan. Kalau temanya sulit, maka sedikit yang ikut. Kalau saja artikel kita sudah menjadi artikel yang standar, maka mudah sekali untuk bisa mendapatkan nomor. Biasanya salah satu persyaratan untuk bisa ikut lomba penulisan artikel adalah "artikel harus sudah dimuat di media massa" dalam batas tertentu. Artinya, kalau kita hendak mengikuti lomba tersebut, maka artikel kita harus dimuatkan dulu di media massa. Untuk ini, berarti kita harus memikirkan dua hal: (1) persyaratan redaksi untuk dimuat di media massa; dan (2) persyaratan lainnya yang diadakan oleh panitia lomba. Tapi hal ini tidaklah memusingkan kepala. Lagi- lagi, kalau kita sudah terbiasa menulis artikel di media massa, semuanya jadi mudah sekali.

    Sumber:Teknik Penulisan Literatur, Harianto G.P., Agiamedia, Bandung, 2000, Halaman : 81 - 87
  • Comments

    Popular Posts